Aku pasti menang!

Ada yang tersesat di sana!
Hawa,,
kakinya berdarah, menggambarkan kuatnya dia
pelipisnya berpeluh, namun kontras dengan tajam matanya

Dia mencari penyair,
Yang masyur, terkenal dengan istananya yang megah
yang dapat menenangkannya,
membuatkannya bait yang sarat pujian tentang kemolekkannya

aku bukan penyair,
Hanya sang Adam yang selalu bersimbah peluh untuk mengisi bagian kosong dari perutnya
sedikit berbagi bersama cacing-cacing lapar yang telah hidup bersamanya
jelas bukan aku yang dia cari

Waktu tak bisa dihentikkan
pun jika bisa saat inilah akan kuhentikan
saat Hawa masih di dalam lapangan pandanganku
Takkan kutunjukkan arah sang penyair itu
Kuajak dia berpikir tentang negeri-ku , alam-ku dan masa depan-ku
berharap dia lupa tentang sang penyair itu
kemudian memasukkan bagian dirinya perlahan-lahan ke dalam pikiran masa depanku


akan ada masa sang penyair itu kalah olehku
Istana itu akan terlihat kecil dibandingkan dengan gubuk reyotku
syar itu akan terdengar konyol dibandingkan dengan perlindunganku kepada Hawa
 Yang lebih membuatnya nyaman, membuatnya tenang,




maafkan apabila hancur!